Hafsah adalah sebuah contoh dari
istri – istri yang begitu sayang terhadap suami, meski kadang perasaan sayang
tersebut terkesan berlebihan hingga menumbuhkan rasa cemburu. Adalah sayang
wajar rasa cemburu itu dimiliki oleh setiap wanita, termasuk hafsah, istri
nabi. Bukankah rata – rata wanita memang pencemburu? Dan bukankah rasa cemburu
itu sendiri muncul karena adanya rasa cinta? Itu artinya jika hafsah menaruh
cemburu kepada nabi itu berarti hafsah memendam rasa cinta yang begitu dalam
terhapad nabi. Dan Wajar jika ia ingin mendapatkan perhatian yang lebih dari
nabi ketimbang istri – istri beliau yang lain.
Namun, meski hafsah adalah sosok
istri pencemburu, ia adalah wanita yang mulia. Keangungan akhlaknya begitu
tinggi hingga tak salah jika nabi mempersuntingnya istri untuk dijadikan sebagai contoh bagi wanita – wanita lain
sesudahnya.
Hafsah merupakan putri Umar bin
Khattab, seorang sahabat kenamaan Rasulullah saw. hafsah adalah seorang gadis
yang dianugerahi oleh Allah dengan wajah cantik sekaligus memiliki sifat –
sifat terpuji. Ia pun merupakan wanita pemberani dalam ikut serta memperjuangkan agama Allah.
Hafsah menjadi janda ketika ia baru berusia 18 tahun. Melihat putrinya menjadi
janda yang di usia relatif muda Umar merasa sedih dan gelisah. Bahkan Umar
disaat itu terkenal dengan sifatnya yang kasar itupun semakin tersiksa dan
tertekan ketika melihat putri kesayanganya nampak murung dan larut dalam
kesedihan. Setelah berfikir panjang, ia memperoleh pikiran yang terang, ia
berfikir untuk mencarikan seorang suami untuk putrinya yang pertama Umar datang
ke Abu Bakar lalu ke Utsman bin Affan untuk menyampaikan maksud supaya salah satu diantara mereka ada yang mau
menikahi. Namun kedua sahabat tersebut
menolak.
Umar lantas menemui Nabi, ia
mengadukan peristiwa yang terjadi pada putrinya dan penolakan Utsman dan Abu
Bakar. Mendengar perkataan Umar nabi lantas tersenyum seraya mengatakan:
“ Hafsa akan menika dengan laki –
laki yang lebih baik dari Utsman dan Abu Bakar, sedangkan Utsman dan Abu Bakar
akan menikah dengan wanita yang lebih
baik dari pada hafsah ”.
Selanjutnya Nabi mengatakan bahwa
beliau bersedia menikahi Hafsah. Setelah menikah Hafsah akan tinggal bersama
Rosulullah dan menepati rumah nabi, pada saat itu Aisyah dan Saudah juga
tinggal juga tinggal dirumah tersebut.
Hafsah merukan tipe wanita yang
besar cemburunya kepada Nabi. Hal ini bukan dilandasi dari perasaan apa – apa
melaikan karena adanya rasa cinta seorang istri yangg begitu dalam kepada
suaminya. Pernah suatu hari, ketika Rosulullah menemuinya, Hafsah bertanya, “Ya
Rasulullah, mengapa mulutmu bau maghafir ( minuman dari getah yang berbau busuk
) ? ”
“ aku baru saja meminum madu, bukan
maghafir” jawab Nabi penuh tanda tanya,
“kalau begitu, engaku minum madu
yang sudah lama (basi)” berbicara hafsah
Keheranan Rasulullah semakin
bertambah ketika Aisyah yang ditemuinya mengatakan hal serupa. Saking kesalnya,
Rasulullah mengharamkan madu untuk dirinya bebrapa waktu. Beliau tak tau jika
Hafsah “berkomplot” dengan Aisyah untuk “mengerjai” Rasulullah. Keduanya
cemburu lantaran nabi tinggal lebih lama dari jatah waktunya di rumah Zaenab
binti Jahsyi. Waktu itu nabi tertahan karena Zaenab menawarkan madu kepada
beliau.
Pernah juga, dalam sebuah perjalanan
Hafsah dan Aisyah dibawa serta oleh nabi. Kedusa istri nabi itu duduk dalam
sekedup (tandu di atas punggu unta) yang berbeda. Selama perjalanan,
Rasullullah lebih sering berada dalam sekedup di atas unta Aisyah. Pada waktu
istirahat, Hafsah yang tebakar api cemburu meminta Aisyah untuk berpindak tempat.
Seusai istirahat, Rasulullah naik
kembali keatas sekedup Aisyah yang sudah ditempati Hafsah dan mengajak bicara.
Beliau tak tau tahu kalau yang menjawab dengan jawab – jawaban pendek itu
adalah Hafsah. Dan betapa kesalnya Rasulullah setelah ia tahu dirinya
dipermainkan kedua istrinya itu. Karena ulah kedua istrinya tersebut Allah
menurunkan firmanya :
‘‘
jika kamu berdua bertaubat kepada Allah,
maka sesunggunya hati kamu berdua telah condong untuk menerima kebaikan dan
jika kamu berdua bantu membantu menyusahkan nabi, maka sesunggunya Allah adalah
pelindungnya dan (begitu pula) jibril...” ( Qs. Ath – Tharim : 4)
Begitu seringnya Hafsah membuat
ulah, lantaran cemburu, Rasulullah pernah berniat akan menceraikanya. Namun,
Jibril datang untuk mencegah Nabi. Rasulullah malah mendatangi anak Umar bin
Khatab itu dan berkata, “ Ya Hafsah hari ini Jibril datang kepadaku dan
merintahkan kepadaku, “kembalilah kepada Hafsah, sesungguhnya ia wanita yang
senantiasa puasa, mendirikan shalat, dan ia adalah istrimu kelak di surga”.
Itulah sosok Hafsah binti Umar.
Sebagai seorang istri yang dimadu, tentu sangat manusiawi sekali jika ia menaru
rasa cemburu. Namun meski jika hal itu dianggap sebagai sebuah “kekurangan”,
maka kekurangan itu bisa dengan kebaikan budi pekerti Hafsah sehari – hari .
ketekunan wanita ini dalam beribadah kepada Allah pun membuat ia dijamin akan
menemani sang suami di surga nanti.
Demikianlah artikel kali ini saya
membahas tentang kisah salah seorang istri Nabi Muhammad saw yang cinta diam –
diam terhdap sang suami. Semoga cerita ini dapat menginspirasi kita sebagai
kaum hawa untuk taat dan patuh kepada sang suami.
Mohon maaf jika dalam penulisan ini
terdapat banyak kata yang salah dalam penulisan. Kesalah hanya ada pada
manusia sedangkan kebenaran hanyalah
milik Allah swt.
Masyallah 😀
BalasHapusBagusss👍👍👍
BalasHapusBanyak typo nya nih. Jempolnya harus di nasihatin tuh ka. Tapi makasih ceritanya
BalasHapusMasyallah
BalasHapus